Bahan Bacaan dan Diskusi
Kumpulan Tugas Mahasiswa Pengantar Pendidikan
2010-2011
Teori/Filosofi Pendidikan Progesivisme,Perenialisme,Esensialisme, dan
Rekronstruktivisme
Silakan dibaca dan dikritik kumpulan tugas ini sesuai dengan pemahaman anda
TEORI PENDIDIKAN PROGRESIVISME
PENGERTIAN PROGRESIVISME
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak didik (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak didik (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
Filsafat
ini sebenarnya bukan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat melainkan
suatu gerakan atau perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Pandangannya
tentang pengetahuan adalah bahwa pengetahuan yang benar untuk masa kini yang
benar belum tentu benar pada masa mendatang. Makanya cara yang terbaik untuk
mempersiapkan siswa untuk suatu masa depan yang tidak diketahui adalah membekali
mereka dengan strategi-strategi pemecahan masalah yang memungkinkan mereka
mengatasi tantangan-tantangan baru dalam kehidupan dan untuk memenuhi yang
relevan pada saat ini. Cara memperoleh pengetahuan yang benar sepakat dengan
pandangan Dewey yaitu menekankan pengamatan indera, belajar sambil bekerja dan
mengembangkan intelegensia, sehingga anak dapat menemukan ( memecahkan masalah
) yang dihadapi.
BEBERAPA FAKTOR PENDORONG LAHIRNYA PROGRESIVISME
1. Semangat radikalisme dan reformasi yang dimulai di sekolah yang dipimpin oleh Francis W. Parker.
2. Masuknya aliran Froebelianisme, yang menekankan perwujudan diri melalui kegiatan sendiri, dan penggunaan metode Montessori yang menekankan pada pendidikan diri sendiri.
3. Perluasan studi tentang perkembangan anak secara ilmiah (psikologi perkembangan). (REDJA MUDYAHARDJO, 2002)
Tokoh Francis W. Parker (1837-1902) dilahirkan di New Hampshire. Ayahnya meninggal pada waktu berusia enam tahun. Dua tahun kemudian ia magang di pertanian sambil mengikuti sekolah dasar. Ketika berusia 13 tahun ia meninggalkan pertanian dan mengikuti pendidikan secara penuh.
Pada usia 16 tahun ia mengajar di sebuah sekolah desa, dan pada usia 20 tahun ia diangkat menjadi kepala sekolah di Carrolton, Illinois, tempat ia berhenti karena pecah perang sipil dan menjadi tentara selama beberapa tahun. Setelah perang selesai, ia kembali mengajar di berbagai tempat hingga 1872.
Ia pergi ke Jerman untuk belajar filsafat dan pendidikan serta mengadakan observasi dari dekat terhadap sekolah yang didirikan oleh Pestalozzi dan Froebel. Setelah pulang ke Amerika, ia mulai lagi mengajar dan menjadi inspektur sekolah di Quincy, Massachusstes, 1875. Disini ia memperkenalkan gagasan-gagasan dan praktek-praktek pendidikannya, yang kemudian dikenal sebagai dasar dari pendidikan progresif.
Kemudian menjadi Kepala Sekolah Guru Cook Country di Chicago. Sebelum akhir abad 18, ia diangkat menjadi Kepala Institut Chicago yang didirikan yang didirikan terutama untuk melakukan eksperimen pendidikan. Institut ini kemudian menjadi bagian Universitas Chicago, tetapi sebelum ia menyelesaikan tugasnya, ia meninggal dunia di tahun 1902.
DASAR FILOSOFIS ALIRAN PROGRESIVISME
1. Realisme Spiritualistik
Gerakan Pendidikan Progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak.
BEBERAPA FAKTOR PENDORONG LAHIRNYA PROGRESIVISME
1. Semangat radikalisme dan reformasi yang dimulai di sekolah yang dipimpin oleh Francis W. Parker.
2. Masuknya aliran Froebelianisme, yang menekankan perwujudan diri melalui kegiatan sendiri, dan penggunaan metode Montessori yang menekankan pada pendidikan diri sendiri.
3. Perluasan studi tentang perkembangan anak secara ilmiah (psikologi perkembangan). (REDJA MUDYAHARDJO, 2002)
Tokoh Francis W. Parker (1837-1902) dilahirkan di New Hampshire. Ayahnya meninggal pada waktu berusia enam tahun. Dua tahun kemudian ia magang di pertanian sambil mengikuti sekolah dasar. Ketika berusia 13 tahun ia meninggalkan pertanian dan mengikuti pendidikan secara penuh.
Pada usia 16 tahun ia mengajar di sebuah sekolah desa, dan pada usia 20 tahun ia diangkat menjadi kepala sekolah di Carrolton, Illinois, tempat ia berhenti karena pecah perang sipil dan menjadi tentara selama beberapa tahun. Setelah perang selesai, ia kembali mengajar di berbagai tempat hingga 1872.
Ia pergi ke Jerman untuk belajar filsafat dan pendidikan serta mengadakan observasi dari dekat terhadap sekolah yang didirikan oleh Pestalozzi dan Froebel. Setelah pulang ke Amerika, ia mulai lagi mengajar dan menjadi inspektur sekolah di Quincy, Massachusstes, 1875. Disini ia memperkenalkan gagasan-gagasan dan praktek-praktek pendidikannya, yang kemudian dikenal sebagai dasar dari pendidikan progresif.
Kemudian menjadi Kepala Sekolah Guru Cook Country di Chicago. Sebelum akhir abad 18, ia diangkat menjadi Kepala Institut Chicago yang didirikan yang didirikan terutama untuk melakukan eksperimen pendidikan. Institut ini kemudian menjadi bagian Universitas Chicago, tetapi sebelum ia menyelesaikan tugasnya, ia meninggal dunia di tahun 1902.
DASAR FILOSOFIS ALIRAN PROGRESIVISME
1. Realisme Spiritualistik
Gerakan Pendidikan Progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak.
2. Humanisme Baru
Paham ini menekankan pada penghargaan terhadap martabat dan harkat manusia sebagai individu.
Paham ini menekankan pada penghargaan terhadap martabat dan harkat manusia sebagai individu.
a. Tujuan Pendidikan
Ia menyatakan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
b. Kurikulum
Kurikulum pendidikan progresif adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap siswa (experience curriculum). Contoh kurikulum pendidikan progresif dari Lewster Dix adalah berisi tentang :
- Studi tentang dirinya sendiri
- Studi tentang lingkungan sosial dan alam
- Studi tentang seni
c. Metode Pendidikan
Ada beberapa metode yang diperguanakan dalam pendidikan progresif :
1. Metode Belajar Aktif
Metode ini lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasiltas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
Ia menyatakan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
b. Kurikulum
Kurikulum pendidikan progresif adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap siswa (experience curriculum). Contoh kurikulum pendidikan progresif dari Lewster Dix adalah berisi tentang :
- Studi tentang dirinya sendiri
- Studi tentang lingkungan sosial dan alam
- Studi tentang seni
c. Metode Pendidikan
Ada beberapa metode yang diperguanakan dalam pendidikan progresif :
1. Metode Belajar Aktif
Metode ini lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasiltas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
2. Metode Memonitor Kegiatan Belajar
Mengikuti proses kegiatan-kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan tertentu apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar proses berlangsungnya kegiatan-kegiatan belajar tersebut. Bantuan-bantuan yang diberikan sebagai campur tangan dari luar diusahakan sesedikit mungkin.
Mengikuti proses kegiatan-kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan tertentu apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar proses berlangsungnya kegiatan-kegiatan belajar tersebut. Bantuan-bantuan yang diberikan sebagai campur tangan dari luar diusahakan sesedikit mungkin.
3. Metode Penelitian Ilmiah
Progresif merintis digunakannya motode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep, sedangkan metode pemecahan masalah lebih tertuju pada pemecahan masalah-masalah kritis.
Progresif merintis digunakannya motode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep, sedangkan metode pemecahan masalah lebih tertuju pada pemecahan masalah-masalah kritis.
4. Pemerintahan Belajar
Progresif memperkenalkan pemerintahan pelajar dalam kehidupan sekolah (student government) dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah, sehingga pelajar diberikan kesempatan untuk turut serta dalam penyelenggaraan kehidupan di sekolah.
Progresif memperkenalkan pemerintahan pelajar dalam kehidupan sekolah (student government) dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah, sehingga pelajar diberikan kesempatan untuk turut serta dalam penyelenggaraan kehidupan di sekolah.
5. Kerjasama Sekolah dengan Keluarga
Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat ter-ekspresi-kan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak. Upaya ini mendorong didirikannya sebuah organisasi guru dan orangtua murid, yang dipelopori F.W. Parker di Chicago. Organisasi ini berfungsi sebagai forum komunikasi dan kerjasama dalam upaya pembaharuan pendidikan di sekolah.
Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat ter-ekspresi-kan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak. Upaya ini mendorong didirikannya sebuah organisasi guru dan orangtua murid, yang dipelopori F.W. Parker di Chicago. Organisasi ini berfungsi sebagai forum komunikasi dan kerjasama dalam upaya pembaharuan pendidikan di sekolah.
6. Sekolah sebagai Laboratorium
Pembaharuan Pendidikan
Pendidikan progresif menganjurkan peranan baru sekolah, tidak lagi hanya tempat anak belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratorium pengembangan gagasan baru pendidikan. Hal ini baru dilaksanakan oleh John Dewey. (REDJA MUDYAHARDJO, 2002:)
Pendidikan progresif menganjurkan peranan baru sekolah, tidak lagi hanya tempat anak belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratorium pengembangan gagasan baru pendidikan. Hal ini baru dilaksanakan oleh John Dewey. (REDJA MUDYAHARDJO, 2002:)
d. Pelajar
1. Pendidikan berpusat pada anak
Pendidkan progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Manurut Parker, mengajar yang bermutu berarti aktivitas siswa, pengembangan keproibadian siswa, studi ilmiah tentang pendidikan, dan latihan guru sebagai seniman pendidikan.
1. Pendidikan berpusat pada anak
Pendidkan progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Manurut Parker, mengajar yang bermutu berarti aktivitas siswa, pengembangan keproibadian siswa, studi ilmiah tentang pendidikan, dan latihan guru sebagai seniman pendidikan.
2. Tiap anak adalah unik
Pendidikan progresivisme sangat memuliakan harkat dan artabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, anak adalah anak yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Setiap anak (menurut Parker), mempunyai individualitas/ciri sendiri, anak mempunyai alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian anak harus diperlakukan berbeda dengan orang dewasa.
Pendidikan progresivisme sangat memuliakan harkat dan artabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, anak adalah anak yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Setiap anak (menurut Parker), mempunyai individualitas/ciri sendiri, anak mempunyai alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian anak harus diperlakukan berbeda dengan orang dewasa.
e. Pengajar
1. Guru dalam melakukan tugasnya dalam praktek pendidikan berpusat pada anak mempunyai peranan sebagai :
a. Fasilitator,
b. Motivator,
c. Konselor
2. Guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakterisatik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada anak, agar dapat melaksanakan peranan-peranan dengan baik.
1. Guru dalam melakukan tugasnya dalam praktek pendidikan berpusat pada anak mempunyai peranan sebagai :
a. Fasilitator,
b. Motivator,
c. Konselor
2. Guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakterisatik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada anak, agar dapat melaksanakan peranan-peranan dengan baik.
PERKEMBANGAN PROGRESIVISME
Atas bantuan Ny. Emmons Blaine akhirnya terbentuklah Sekolah Pendidikan (School of Education) di lingkungan Universitas Chicago, dibawah pimpinan Parker pada tahun 1901. Untuk menghormati jasa-jasanya, didirikan Sekolah Dasar Progresif di Chicago, dengan nama Sekolah Francis W. Parker, dengan kepala sekolah Flora Cook, salah seorang pembantu dekatnya, pada tahun 1901, atas bantuan Ny. Baline juga. Selain itu, banyak pula berdiri sekolah progresif lain. Semenjak tahun 1930, sekolah-sekolah progresif sudah tersebar ke seluruh Amerika Serikat. Sekolah-sekolah tesebut hampir semuanya swasta, dan hampir semuanya berorientasi pada anak, tetapi tidak ada yang betul-betul merupakan sekolah Instrumental. Baru pada tahun 1896 John Dewey mendirikan Laboratory School.
Progresivisme mendapat kritik dari berbagai pihak antara lain :
Atas bantuan Ny. Emmons Blaine akhirnya terbentuklah Sekolah Pendidikan (School of Education) di lingkungan Universitas Chicago, dibawah pimpinan Parker pada tahun 1901. Untuk menghormati jasa-jasanya, didirikan Sekolah Dasar Progresif di Chicago, dengan nama Sekolah Francis W. Parker, dengan kepala sekolah Flora Cook, salah seorang pembantu dekatnya, pada tahun 1901, atas bantuan Ny. Baline juga. Selain itu, banyak pula berdiri sekolah progresif lain. Semenjak tahun 1930, sekolah-sekolah progresif sudah tersebar ke seluruh Amerika Serikat. Sekolah-sekolah tesebut hampir semuanya swasta, dan hampir semuanya berorientasi pada anak, tetapi tidak ada yang betul-betul merupakan sekolah Instrumental. Baru pada tahun 1896 John Dewey mendirikan Laboratory School.
Progresivisme mendapat kritik dari berbagai pihak antara lain :
1. John Dewey mengatakan :
- Progresivisme terlampau menekankan pada pendidikan individu, sebagaimana dikemukakan pula oleh Dr. Bode dan Counts.
- Kelas sekolah progresif artifisial / dibuat-buat dan tidak wajar.
- Progresivisme bergantung pada minat sesaat dan spontan.
- Siswa merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari tugas-tugas yang dikerjakan.
- Progresivisme terlampau menekankan pada pendidikan individu, sebagaimana dikemukakan pula oleh Dr. Bode dan Counts.
- Kelas sekolah progresif artifisial / dibuat-buat dan tidak wajar.
- Progresivisme bergantung pada minat sesaat dan spontan.
- Siswa merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari tugas-tugas yang dikerjakan.
2. George S. Counts dkk menghendaki
agar sekolah berperanan mengambil bagian dalam membangun masyarakat Amerika.
3. Kalangan Gereja Katolik di
Amerika Serikat, membentuk gerakan pendidikan yang disebut aliran
”Perennialisme” yang dipelopori Robert M. Hutchin, kemudian ada pula kalangan
yang menghendaki pendidikan kembali pada kebudayaan lama yang menjadi inti
peradaban manusia, mereka membentuk aliran ”Essensialime” yang dipelopori
William C. Bagley.
4. Kaum Eksistensialisme menghendaki
agar sekolah menjadi sebuah forum yang melibatkan dialog antara siswa dan guru,
yang dipelopori A.S. Neil.
(REDJA MUDYAHARDJO, 2002)
(REDJA MUDYAHARDJO, 2002)
Kelebihan
Serta Kekurangan dari Progresivme
Metode
pendidikan progresivme mempunyai sifat yang serba fleksibel, sedangkan
kekurangan dari metode progresivme adalah timbulnya sumber pandangan hidup yang
berubah-ubah, sehingga dalam pelaksanaan metode ini kurang stabil dan tak
menentu.
PENERAPAN
TEORI PENDIDIKAN PROGRESIVME DI INDONESIA
Penerapan
teori pendidikan progresivme di Indonesia mungkin cocok, karena pendidikan di
Indonesia bersifat fleksibel dan menganut teori-teori modern, hal itu sama
dengan teori pendidikan progresivme. Teori pendidikan progresivme itu sendiri
bersifat fleksibel dan menganut teori-teori modern.
TEORI
PENDIDIKAN ESENSIALISME
Gerakan
essensialisme muncul pada awal tahun 1930 dengan beberapa orang pelopornya,
seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandell.
Essensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya
dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progresif di
sekolah-sekolah. Essensialisme seperti halnya Perenialisme dan Progresivisme
buka merupakan suatu aliran filsafat tersendiri yang mendirikan suatu bangunan
filsafat, melainkan merupakan suatu gerakan dalam pendidikan yang memprotes
terhadap pendidikan progresivisme. Dalam pemikiran pendidikannya memang pada
umumnya didasari atas filasafat tradisional idealisme klasik dan realisme.
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tatanan yang jelas
esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern.
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tatanan yang jelas
esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern.
1. Ciri-ciri Filsafat Pendidikan Esesensialisme
Yang
disarikan oleh William C. Bagley adalah sebagai berikut :
a) Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam jiwa.
b) Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spesies manusia.
c) Oleh karena kemampuan untuk mendisiplinkan diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakkan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Di kalangan individu maupun bangsa, kebebasan yang sesungguhnya selalu merupakan sesuatu yang dicapai melalui perjuangan, tidak pernah merupakan pemberian.
d) Esesensialisme menawarkan teori yang kokoh kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah. Apabila terdapat sebuah pertanyaan di masa lampau tentang jenis teori pendidikan yang diperlukan sejumlah kecil masyarakat demokrasi di dunia, maka pertanyaan tersebut tidak ada lagi pada hari ini.
a) Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam jiwa.
b) Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spesies manusia.
c) Oleh karena kemampuan untuk mendisiplinkan diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakkan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Di kalangan individu maupun bangsa, kebebasan yang sesungguhnya selalu merupakan sesuatu yang dicapai melalui perjuangan, tidak pernah merupakan pemberian.
d) Esesensialisme menawarkan teori yang kokoh kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah. Apabila terdapat sebuah pertanyaan di masa lampau tentang jenis teori pendidikan yang diperlukan sejumlah kecil masyarakat demokrasi di dunia, maka pertanyaan tersebut tidak ada lagi pada hari ini.
2.
Pandangan Esesensialisme Mengenai Belajar
Pandangan mengenai belajar, belajar
menerima dan mengenai sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan
baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan
berikutnya.
Idealisme, sebagai
filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik
beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf
permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami
dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos.
3. Pandangan
Esesensialisme Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik.
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik.
4. Tujuan Esesensialisme
Tujuan pendidikan adalah untuk
meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang
terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama, serta merupakan
suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal oleh semua
orang.
Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esenisalisme semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan keagungan. Maka dalam sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola idealisme, realisme dan sebagainya.
Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esenisalisme semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan keagungan. Maka dalam sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola idealisme, realisme dan sebagainya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI PENDIDIKAN
ESENSIALISME
·
Kelebihan teori
pendidikan esensialisme antara lain :
1.
Isi pendidikannya
mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan
kehendak manusia
2.
memiliki latar belakang pemikiran
filsafat yang bervariasi
3.
Penyajian kembali materi kutikulum
secara tegas.
4.
Mengangkat kembali wibawa guru dalam
kelas, yang telah kehilangan wibawanya oleh progresif.
5.
adalah untuk meneruskan
warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi.
·
Kekurangan teori pendidikan
esensialisme antara lain :
1.
kurikulum pada essensialisme
hanya berpusat pada mata pelajaran.
2.
Tidak bersifat fleksibel
3.
Terlalu mempertahankan metode
tradisional dan kurang mau berkembang
4.
Seringkali menerapkan paksaan
PENERAPAN TEORI
PENDIDIKAN ESENSIALISME DI INDONESIA
Penerapan
teori pendidikan esensialisme di
Indonesia kurang cocok, dikarenakan pendidikan di indonesia bertolak belakang
dengan teori tersebut. Pendidikan di Indonesia cenderung bersifat berkembang
dan menganut teori-teori modern, sedangkan teori pendidikan esensialisme
bersifat tradisional dan tidak fleksibel.
Selain itu pandangan mengenai kurikulum pada essensialisme
hanya berpusat pada mata pelajaran dan seringkali menerapkan paksaan.
Sedangkan
teori yang lebih cocok untuk diterapkan di Indonesia yaitu teori Idealisme,
sebagai filsafat hidup , memulai tinjauannya mengenai pribadi individual dengan
menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, bila seseorang itu belajar pada
taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk
memahami dunia obyektif. Dari mikroskosmos menuju makroskosmos.
Rekonstruksionisme
A. Latar belakang Aliran rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali.
Dalam konteks filsafat pendidikan aliran
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan
lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Pada
dasarnya aliran rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme bahwa ada
kebutuhan anam mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman
modern sekarang (hendak menyatakan krisis kebudayaan modern), yang sekarang
mengalami ketakutan, kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran
rekonstruksionisme tidak sependapat dengan cara dan jalan pemencahan yang
ditempuh filsafat perenialisme. Aliran perenialisem memilih jalan kembali ke
alam kebudayaan abad pertengahan. Sementara itu alliran rekonstruksionisme
berusaha membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang
tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berusaha mencari kepepakatan semua
orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia dalam
suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses
pendidikan. Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun
tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
Rekonstruksionisme
merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme, gerakan ini lahir didasari atas
suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan
masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Rekonstrusionisme
di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930 yang ingin
membangun masyarakat baru, masyrakat yang pantas dan adil.tokoh- tokoh aliran
rekonstruksionisme yaitu Caroline pratt, George count, dan Harold rugg.
Progresifisme
yang dilandasi pemikiran Dewey dikembangkan oleh Kilpatrick dan Jhon Child,
juga mendorong pendidikan agar lebih sadar terhadap tanggung jawab sosial.
Namun mereka tidak sepakat dengan Count dan rugg bahwa sekolah harus melakukan
perbaikan masyarakat yang spesifik. Kaum progresif lebih suka menekankan tujuan
umum pertumbuhan masyarakat melalui pendidikan . aliran ini berpendapat bahwa
sekolah harus mendominasi atau mengarahkan perubahan (rekonstruksi) pada
tatanan sosial saat ini.
Usaha
rekonstruksionisme sosial yang diupayakan Brammeld didasarkan atas suatu asumsi
bahwa kita telah beralih dari masyarakat agraris pedesaan kemasyarakat urban
yang berteknologi tinggi namun masih terdapat suatu kelambatan budaya yang
serius yaitu dalam kemampuan manusia menyesuaikan diri terhadap masyarakat
teknologi. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Count bahwa apa yang diperlukan
pada masyarakat yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat adalah
rekonstruksi masyarakat dan pembentukan serta perubahan tata dunia baru.
B. Pandangan
rekonstruksionisme dan penerapannya di bidang pendidikan
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas
penyelamat dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Oleh karena
itu pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina
kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar
demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia
baru dalam pengawasan umat manusia.
Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu
bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara
demokratis dan bukan dunia yang dikuasasi oleh golongan tertentu. sila-sila
demokrasi yang sungguh bukan hanya teori tetapi mesti menjadi kenyataan
sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, mampu
meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan
masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturuanan, nasionalisme, agama
(kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
George counts sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam
publikasinya Dare the school build a new sosial order mengemukakan bahwa sekolah akan betul- betul berperan apabila sekolah menjadi pusat
bangunan masyarakat baru secara keseluruhan, dan kesukuan (rasialisme). di
dalamnya.
sekolah harus bersatu dengan kekuatan buruh progresif,
wanita, para petani, dan kelompok minoritas untuk mengadakan perubahan-perubahan
yang diperlukan. Counts mengkritik pendidikan progresif telah gagal
menghasilkan teori kesejahteraan sosial dan mengatakan sekolah dengan
pendekatan child centered tidak cocok untuk menentukan pengetahuan dan skill
sesuai dalam abad dua puluh.
C. Teori Pendidikan Rekonstruksionisme
a.
Tujuan
Pendidikan
1. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai
lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam
masyarakat.
2. Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah
mengembangkan ”insinyur-insinyur” sosial, warga-warga negara yang mempunyai
tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
3. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah
membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan
politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada
mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah
tersebut.
b.
Metode
pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat
dan kebutuhan-kebutuhan programatik untuk perbaikan. Dengan demikian
menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan
program aksi perbaikan masyarakat.
c.
Kurikulum
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi
pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan.
Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi,
dan politik yang dihadapi umat manusi, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah
pribadi para peserta didik sendiri; dan program-program perbaikan yang
ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif.
Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari
cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses penyelidikan ilmiah sebagai metode
pemecahan masalah.
d.
Pelajar
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi
manusia pembangun masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi
insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
e.
Pengajar
Guru harus membuat para peserta didik menyadari
masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, mambatu mereka merasa mengenali
masalah-masalah tersebut sehingga mereka merasa terikat untuk memecahkannya.
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik
menghadapi kontroversi dan perubahan. Guru harus menumbuhkan berpikir
berbeda-beda sebaga suatu cara untuk menciptakan alternatif-alternatif
pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.
Menurut Brameld (kneller,1971) teori pendidikan
rekonstruksionisme ada 5 yaitu:
a. Pendidikan harus di laksanakan di sini dan sekarang
dalam rangka menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar
budaya kita, dan selaras dengan yang mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan
sosial masyarakat modern.
b. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi
sejati dimana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya
sendiri.
c.
anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan
sosial.
d.
Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan cara
bijaksana dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis
e.
Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini,
dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita untuk
menemukan nilali-nilai dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu
bersifat universal.
f.
meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai,
struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih
0 komentar:
Posting Komentar